Rabu, 22 Februari 2017

Review Resident Evil 7


Seperti yang sempat diumumkan oleh Capcom sebelumnya, terlepas dari betapa absurd-nya Anda melihat plot yang ditawarkan oleh Resident Evil 7 ini, ia dipastikan merupakan sekuel langsung dari Resident Evil 6, dan bukan sebuah seri reboot dan sejenisnya. Ini berarti, ia didesain dengan konten cerita yang bisa berakhir melanjutkan atau sekedar memperluas semesta dari apa yang ditawarkan Capcom dengan franchise survival horror yang sudah eksis selama puluhan tahun ini. Yang pasti, gamer yang sudah mengikuti ceritanya cukup lama akan menemukan beberapa elemen yang berusaha untuk terkait satu sama lain.

Selamat tinggal untuk semua karakter protagonis ikonik Resident Evil, dan ucapkan selamat datang pada Ethan Winters, seorang pria biasa yang tiba-tiba mendapatkan pesan misterius dari istrinya yang sudah tiga tahun menghilang – Mia. Tanpa rasa ragu, Ethan langsung menyusul Mia di sebuah rumah misterius yang terletak di daerah Lousiana, menemukan istrinya terkunci di sebuah ruang bawah tanah yang menyeramkan. Namun Mia bukan lagi istri yang selama ia kenal. Ethan diserang membabi-buta, hampir tewas, dan berakhir kehilangan tangan kirinya. Berada dalam kondisi tak sadarkan diri setelah diserang oleh sosok pria yang tak ia kenal dari belakang, Ethan baru saja terjun ke dalam mimpi terburuk yang tak pernah ia bayangkan.



Secara tiba-tiba, Ethan kini duduk bersama dengan satu keluarga besar berisikan ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, dan seorang nenek yang terduduk diam di kursi roda. Mereka menamakan diri mereka sebagai The Baker Family, keluarga disfungsional yang dengan cepat dimengerti oleh Ethan, tak terdiri dari manusia-manusia biasa. Tak segan melukai diri sendiri atau orang lain, Ethan masuk ke dalam pusaran misteri yang lebih besar daripada sekedar “mencari Mia”. Lewat instruksi yang ia dapatkan via telepon, ia kini harus mencari tahu apa yang terjadi dengan keluarga Baker, sekaligus mencari penyembuh untuk bagian dari sosok Mia yang tak lagi ia kenal.

Normal untuk khawatir dan takut bahwa seri ketujuh ini justru akan membuat Resident Evil, yang selama ini kita kenal sebagai game third person shooter, justru semakin jauh dari akar yang membesarkan namanya. Apalagi di demo-demo awal “The Beginning Hour” yang dilepas Capcom, Anda justru terlihat akan melawan makhluk supernatural, dan bukannya zombie seperti halnya seri-seri Resident Evil selama ini. Ada kecemasan bahwa Resident Evil 7 ini adalah usaha untuk meniru game-game horror murni seperti Outlast atau Amnesia, dan kemudian menempelkan label Resident Evil di atasnya untuk memastikan angka penjualan yang tinggi. Jika Anda termasuk gamer yang khawatir seperti ini, Anda boleh berlega hati. Karena ini masihlah Resident Evil yang Anda kenal. Bahkan kami tak ragu untuk menyebutnya, “lebih Resident Evil” daripada beberapa seri utama dan spin-off Resident Evil sebelumnya.

Terlepas dari perubahan menjadi sudut pandang orang pertama, Capcom sepertinya sudah mulai mengerti dan akhirnya mengaplikasikan apa yang lama dirindukan oleh para fans terkait franchise andalannya ini. Bahwa mereka ingin game ini kembali ke akar survival horror-nya, dimana rasa cemas selalu menghantui di atas atmosfer yang secara konsisten mengancam, resource terbatas yang membuat Anda harus berpikir dan menimbang, management inventory, hingga fakta bahwa Anda terkadang harus memutuskan untuk belari atau melawan. Semuanya ditawarkan oleh Resident Evil 7 ini dalam format yang lebih menyeramkan. Ia berhasil menyuntikkan sensasi bahwa Anda adalah seseorang yang rentan, apalagi di tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Dan Anda akan mendapatkan pengalaman Resident Evil yang sesungguhnya. Ancaman Baker Family yang secara konsisten menghantui Anda sebagai bagian dari pertarungan boss yang harus Anda lawan, serta beberapa monster yang lain, bisa Anda atasi dengan ragam senjata yang Anda dapatkan selama perjalanan. Bahwa ini bukanlah game horror murni seperti Outlast yang meminta Anda sekedar berlari dan berlari. Anda diberikan opsi (dan terkadang mengharuskan) untuk melawan balik, dan sisanya, adalah memastikan Anda menggunakan resource yang terbatas ini sebaik mungkin. Menyimpan peluru untuk momen yang tepat, menggunakan penyembuh hanya di saat yang kritis, hingga menghindari ancaman yang akan mengurasnya adalah sensasi klasik sebuah seri Resident Evil. Dan itu semuanya ditawarkan kembali di seri ketujuh ini.

Walaupun kami harus mengakui, ia memang disederhanakan. Pertempuran melawan boss yang seringkali adalah The Baker Family misalnya, tak sesulit ketika Anda melawan Nemesis atau binatang raksasa di seri Resident Evil klasik. Resource selalu hampir cukup untuk melakukan tugas tersebut. Puzzle juga tak akan cukup untuk membuat isi otak Anda terkuras dan memenuhinya dengan rasa frustrasi. Teka-teki kembali dengan tingkat kesulitan yang jauh lebih sederhana, yang terkadang meminta Anda untuk sekedar memutar objek tertentu, mencari sekuens aksi, hingga membaca clue yang secara rasional, seharusnya sudah bisa Anda kenali jawabannya dalam waktu singkat. Sebuah pendekatan yang membuatnya akan terasa lebih menggoda di kacamata beberapa gamer, namun mungkin mengecewakan untuk gamer yang lain.

Jika Anda termasuk gamer yang haus untuk ekstra tantangan, Capcom menawarkan tingkat kesulitan “Madhouse” untuk memuaskan rasa dahaga Anda demi sensasi RE klasik yang sulit. Bisa membukanya dengan menamatkan game ini setidaknya sekali, Madhouse akan membuat Anda jauh lebih mudah terbunuh, dengan resource yang bahkan lebih terbatas, dengan sistem auto-save yang dipermak untuk jarang terjadi, hingga penempatan item yang juga berbeda. Seberapa sulit? Cukup untuk membuat kami masih tak bisa melewati pertempuran boss melawan Mia di awal, ketika hampir mencobanya sekitar 30 menit untuk kepentingan review ini. Satu-dua kali serang sudah cukup untuk membuat isi perut Anda terburai, apalagi di tengah minimnya resource. Di Madhouse, fungsi untuk melakukan block serangan akan menjadi fungsi paling esensial yang bisa Anda gunakan.

Maka dengan sensasi survival horror yang semestinya, Resident Evil 7 menemukan akarnya kembali sebagai sebuah franchise yang besar karena genre tersebut. Bahwa ia tak jadi sebuah game horror murni dan tak jadi game action sepenuhnya. Ini adalah game yang cukup untuk membuat Anda terus merasa tegang dan terancam, apalagi lewat beberapa momen jumpscare yang pas, tetapi juga tetap memberikan Anda kesempatan untuk melawan balik. Seperti Resident Evil yang Anda kenal.
Jika ada satu hal yang menurut kami juga pantas dipuji dari Resident Evil 7 adalah desain beberapa konten di dalamnya yang terhitung cerdas. Bahwa ada motivasi ekstra untuk mengeksplorasi, seperti misalnya, karena tak ada kepastian bahwa Anda akan mendapatkan semua senjata yang ada. Anda bisa saja melewatkan senjata esensial seperti Shotgun atau Machine Gun.



0 komentar:

Posting Komentar